Artikel ini telah dibaca 4038 kali. Terima kasih.
Jakarta – Warsito Purwo Taruno terpilih sebagai penerima BJ Habibie Award ke-8. Pria kelahiran Surakarta ini merupakan ilmuan penemu alat pemindai berbasis medan listrik yang sangat bermanfaat bagi bidang medis dan industri.
Alat pemindai itu mengunakan sistem ECVT atau Electrical Capacitance Volume Tomography. Teknologi tomografi ini berbentuk 3 dimensi dan sudah dipatenkan di Amerika Serikat pada lembaga paten internasional PTO/WO bernomor 60/664,026 tahun 2005 dan 60/760,529 tahun 2006. Bahkan ECVT ini sudah digunakan oleh NASA (Lembaga Antariksa Amerika Serikat) untuk memindai obyek pada pesawat ulang–alik selama misi ke antariksa.
Di bidang medis alat dengan sistem ini bisa digunakan untuk memindai tubuh manusia seperti otak dan payudara. Sistem ECVT ini mirip dengan USG, CT Scan dan MRI yang bisa melihat kondisi di dalam tubuh, namun ECTV ini lebih canggih karena pasien tidak perlu masuk ke dalam ruang tertutup. ECTV ini bisa digunakan di mana saja karena bentuknya yang unik ada yang mirip bra, helm dan rompi.
Di bidang medis alat dengan sistem ini bisa digunakan untuk memindai tubuh manusia seperti otak dan payudara. Sistem ECVT ini mirip dengan USG, CT Scan dan MRI yang bisa melihat kondisi di dalam tubuh, namun ECTV ini lebih canggih karena pasien tidak perlu masuk ke dalam ruang tertutup. ECTV ini bisa digunakan di mana saja karena bentuknya yang unik ada yang mirip bra, helm dan rompi.
“Alat ini bisa memotret dalam tubuh manusia, karena bisa dipotret 3 dimensi dan kecepatan tinggi jadi bisa juga berbentuk video. Bisa merekam aktivitas di dalam otak itu seperti apa, dan mendeteksi kelainan seperti tumor, kanker, epilepsi, kegilaan, kalau otak sedang stres juga bisa terlihat,” ucap Warsito kepada detikcom, Jumat (21/8/2015).
Sama halnya dengan otak, ECVT ini juga bisa mendeteksi kanker payudara. ECVT terdiri dari empat perangkat yakni pertama brain activity scanner yang berfungsi untuk mempelajari aktivitas otak manusia secara tiga dimensi. Bentuk alat ini seperti helm dengan puluhan lubang konektor yang dihubungkan dengan komputer. Alat ini bisa mendeteksi ada atau tidak sel kanker di otak. Kedua, breast activity scanner yang berfungsi untuk mendeteksi adanya sel kanker di payudara.
“Kanker payudara bisa terlihat,” ucap Warsito yang meraih Ph.D di Teknik Elektro Shizouka University Jepang ini.
Perangkat lainnya adalah brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer electro capacitive therapy. Dua alat berbasis gelombang listrik statis dengan tenaga baterai itu terbukti dapat membunuh sel kanker lebih mudah dari kemoterapi. Jika kemoterapi terasa menyiksa, maka dengan alat ini hanya mengeluarkan keringat berlendir dan sangat bau. Urine dan kotoran yang dikeluarkan penderita juga berbau busuk karena sel-sel kanker ikut keluar bersama urine, keringat dan kotoran.
Di bidang industri alat ini bisa digunakan untuk melihat isi reaktor (alat pembangkit tenaga) yang dilapisi dinding baja. “Biasanya tertutup dinding baja, (dinding) itu bisa dipasang sensornya dan kita bisa melihat ke dalam reaktor itu secara 3 dimensi langsung,” katanya.
Selain membasmi kanker, sistem ini menurut Warasito juga mampu mendeteksi psikologi seseorang, namun masih perlu penelitian lebih lanjut. Kini temuannya terus dikembangkan bersama dengan timnya.
“Masih akan terus dikembangkan, sekarang aplikasi mendeteksi psikologi dan juga lie detektor,” ucap ayah 4 anak ini.
Penemuan ini membuat Warsito meraih berbagai penghargaan mulai dari BJ Habibie Award, Achmad Backrie Award, 100 Tokoh Kebangkitan Indonesia versi majalah Gatra tahun 2008 dan penghargaan dari American Institute of Chemist Foundation Outstanding Post-doctoral Award tahun 2002. Pria lulusan terbaik bidang kimia di Universitas Shizouka ini juga termasuk dalam 16 ilmuan Indonesia yang diberi kesempatan untuk bertemu dan mempresentasikan temuannya di depan Douglas D. Osheroff, peraih Nobel Fisika 1996 yang berkunjung ke Indonesia. Saat ini dia menjadi Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI).
Sumber:Â http://news.detik.com/tokoh/2997655/mengenal-warsito-penemu-pembasmi-kanker-peraih-bj-habibie-award
Artikel ini telah dibaca 4038 kali. Terima kasih.